SURABAYA - Pembangunan Terminal 3 Bandara Internasional Juanda yang direncanakan dimulai pada tahun 2020 terancam molor. Banyaknya elemen yang terlibat menjadi salah satu penyebab pembangunan megaproyek bandara yang terintegrasi dengan pusat perbelanjaan dan perkantoran itu terancam mundur dari jadwal semula.
Pembangunan terminal baru tersebut memang tidak hanya melibatkan BUMN dan pemerintah, namun pendanaannya juga akan mengikutsertakan pihak swasta. Hal ini yang kemudian menjadikan pembangunan Terminal 3 Bandara Juanda complicated.
“Tren pembangunan memang kini tidak boleh otoriter, melainkan harus demokratis. Karena itu, harus ada pihak swasta yang terlibat dalam pembangunan,” ujar Gubernur Jawa Timur, Soekarwo. “Complicated-nya luar biasa, dan nanti pembangunan Terminal 3 Bandara Juanda juga harus melibatkan semua pihak.”
Pria yang akrab disapa Pakde Karwo itu mengakui, memang tidak mudah mempertemukan pemerintah dengan pihak swasta dalam pembuatan proyek. Kalau sepenuhnya dikelola pihak swasta, masyarakat yang akan terbebani karena semua jasa layanan bandara menjadi mahal. “Jadi, konsekuensi dengan melibatkan banyak pihak ini salah satunya pembangunan Terminal 3 akan makin lama,” sambungnya.
Menurut rencana, Terminal 3 Bandara Juanda nantinya diproyeksikan menjadi pelabuhan udara paling megah di Indonesia. Di terminal baru ini, akan ada kawasan bisnis yang bakal dinamakan Juanda Airport City. Selain itu, Terminal 3 akan diapit oleh dua landasan pacu (runway) serta bakal dilengkapi dengan 164 garbarata.
Jika proyek ini terealisasi, Terminal 3 Bandara Juanda diharapkan dapat menampung 70 juta penumpang per tahun. Sementara, secara keseluruhan, Bandara Juanda nantinya akan mampu menampung 150 juta penumpang per tahun.