Jakarta – Sebelumnya, PT Angkasa Pura (AP) I berencana untuk meningkatkan pendapatan dari bisnis non-aero selama tahun 2017 ini. AP I menerapkan target sekitar 43% untuk kontribusi pendapatan dari bidang non-aero.
Untuk melancarkan target tersebut, PT AP I terus melakukan ekspansi bisnis. Usai anak perusahaannya mengambilalih operator terminal kargo Bandara Internasional Juanda Surabaya dari PT Jasa Angka Semesta (JAS), AP I juga berencana untuk mencoba terjun ke bisnis terminal kargo di Bandara Ngurah Rai Bali yang sedang dikelola oleh JAS.
Padahal sampai saat ini kegiatan operasional terminal kargo di Bandara Juanda masih belum tertata lantaran dikelola oleh 2 operator, yaitu PT Angkasa Pura Logistik dan JAS. Padahal pengelolaan barang kargo 1 atap begitu rentan dengan kesalahan.
“Intinya, kami akan melaksanakan amanah undang-undang, sebagai BUBU (Badan Usaha Bandar Udara),” ujar Israwadi, Sekretaris Perusahaan PT AP I, Jumat (20/1). Lebih lanjut ia menjelaskan jika AP I mempunyai kewajiban mengelola terminal barang, jasa bandar udara, dan logistik. Hal ini seperti yang tertuang pada UU No. 1/2009 Pasal 232. “Pada praktiknya menunggu sampai akhir kontrak habis,” ungkapnya.
AP I wajib mengelola terminal di Lini 1 dengan mengawasi setiap barang yang masuk dari luar hingga ke terminal bandara. Operator diharuskan untuk mengatur setiap barang yang masuk ke bandara. Sedangkan operator jasa lainnya (swasta) baru boleh mengatur layanan berikutnya.
“Yang menjadi persoalan, mereka juga punya kontrak dengan maskapai. Sedangkan periode kontrak antara operator jasa tersebut dengan AP 1 maupun maskapai, bisa jadi tidak sama,” kata Israwadi.
Walaupun masih belum jelas, AP 1 juga hendak memberlakukan aturan yang sama untuk bandara lain, termasuk Bandara Ngurah Rai, Bali. Namun sementara ini AP 1 masih menunggu kontrak penyedia jasa swasta dengan rekan maskapai habis. “Memang tidak mudah menerapkan aturan dengan kondisi yang sudah terjadi,” tuturnya.
Sedangkan Martha Lory Fransisca, Corporate Communication JAS menuturkan jika pengelolaan terminal kargo di Bandara Juanda sampai sekarang masih dipegang oleh dua operator. Pihak JAS masih belum mengetahui alasannya. “Masih stagnan sejak dulu, dan belum berubah. Dari segi keamanan memang enggak baik,” kata Martha, Jumat (20/1).